Informasi Dan Diskusi Pilpres Dan Pemilihan Umum Lainnya Serta Diskusi Mengenai Banyak Hal

Wartawan Melakukan Pembunuhan Karakter Prabowo By Bulan Ramadlan

Forum Diskusi Pilpres 2019 Ramadlan ::: Wartawan Melakukan Pembunuhan Karakter Prabowo By Bulan Ramadlan
Tidak ada perkataan atau sikap Prabowo yang benar, apa pun yang diucapkan prabowo atau bagaimana pun sikap prabowo pasti selalu salah dan pasti diarahkan kepada hal yang tidak baik.
Ungkapan yang menyalahkan Prabowo baik dalam hal perkataannya atau sikapnya ini selalu disebarkan melalui media massa dan biasanya yang memuat berita tersebut banyak dari situs besar dan kenamaan, lalu diteruskan ke facebook, twitter, google plus dan lain lain. hal ini jelas tujuannya adalah pembunuhan karakter.

Singkat kata. Prabowo Dibunuh Karakternya.

Bahkan saat Prabowo curhat sekalipun dia harus tetap menerima kesalahan, nanti kalau Prabowo diam pun pasti juga akan ada kritik dan pernyataan yang miring kepadanya.

Berita terbaru mengenai tudingan miring kepada Prabowo adalah meniru Donald Trump
Wow.. keren...
Padahal kita sama sama tahu Donald Trump itu bosnya hary tanoe, dan kita sama sama tahu hary tanoe ada di pihak mana.

Coba kita lihat lawan Prabowo, kenapa jika lawan Prabowo jelas jelas salah ucap, salah bersikap, bahkan salah dan menyalahi janji saja tidak ada tudingan miring dari media massa terutama situs situs besar?!
Ada apa?
Kenapa Bisa?

Bahkan ada juga judul berita yang bisa membuat persepsi seakan akan Prabowo akan menjalankan politik atau menerapkan politik serupa dengan Donald Truam, walau sebenarnya alasan alasan penyerupaannya sangat tidak kuat, pernyataan yang mirip namun dalam kondisi yang berbeda tidak bisa serta merta disamakan begitu saja, seperti contoh berita berikut ini:

 Ada Donald Trump di Balik Makian Prabowo Terhadap Wartawan

Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto Djojohadikusumo, kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial. Lagi-lagi, subjek yang ia permasalahkan adalah wartawan dan media massa.

Ketika berpidato dalam acara peringatan Hari Disabilitas Internasional di Jakarta, Rabu, 5 Desember, Prabowo menuding media massa telah berupaya memanipulasi demokrasi. Salah satunya terkait pemberitaan mengenai jumlah peserta Reuni 212.

"Hebatnya media-media dengan nama besar dan katakan dirinya objektif, padahal justru mereka memanipulasi demokrasi. Kita bicara yang benar ya benar, yang salah, ya, salah, mereka mau katakan yang 11 juta hanya 15 ribu. Bahkan ada yang bilang kalau lebih dari 1.000," kata Prabowo.

Selepas acara, bekas Danjen Kopassus ini juga tak menjawab substansi pertanyaan wartawan. Ia mengulang apa yang disampaikan di mimbar.

"Redaksi kamu bilang enggak ada orang di situ, hanya beberapa puluh ribu, itu, kan, tidak objektif, enggak boleh dong," kata Prabowo.
Meniru Gaya Trump di Amerika
Peneliti media dari Remotivi, Muhammad Heychael menilai apa yang dilakukan Prabowo Subianto terhadap wartawan dan media sama seperti Presiden Amerika Serikat Donal Trump.

"Seperti ada upaya mengambil metode Trump dari sejak slogan Make Indonesia Great Again dan juga membuat sikap ketidakpercayaan kepada media. Tentu pendukung akan mengikuti," kata Heychael kepada reporter Tirto, Kamis (6/12/2018) siang.

Prabowo sah-sah saja mengkritik media, kata Heychael, tapi harus lebih spesifik: di mana bagian berita yang salah hingga di mana biasnya.

"Baiknya Prabowo menunjukkan itu semua, alih-alih justru membangun iklim antimedia. Justru ini bahaya. Ini bukan pendidikan politik dan literasi media yang baik."

Mengapa Prabowo Seperti Itu?
Salah satu juru bicara BPN Arief Poyuono mengungkap alasan mengapa Prabowo kerap menunjukkan sikap resistan kepada wartawan dan media. Alasannya persis seperti yang dikemukakan Heychael.

"Salah satunya karena Metro TV yang membuat berita tidak seimbang, lebih ke Jokowi. Kita tahu pemilik Metro TV ada di kubu Jokowi sekarang (Surya Paloh). Itu membikin media jadi partisan, kendati banyak juga media lain yang tidak partisan," kata Arief saat dihubungi reporter Tirto, Rabu siang.

"Ini konglomerasi media," tegasnya.

Oleh karena itu, ia mengaku yang dikritik Prabowo adalah pemilik media yang memanfaatkan frekuensi publik untuk politik, bukan wartawannya yang notebene pekerja.

"Kalau mau menuju demokrasi, pemilik media yang berpolitik seperti Surya Paloh dan Hary Tanoesoedibjo justru harus sadar jika mereka lah yang mendelegitimasi demokrasi itu sendiri," katanya.

"Kami tidak anti kawan-kawan jurnalis di lapangan, kami kritik ke pemilik media. Dulu Donald Trump juga dihajar buzzer politik, dan juga banyak media yang tidak mau Trump jadi Presiden Amerika. Kalau tidak seimbang dan tidak beres, ya kami ucapkan dengan jujur memprotes. Itu juga dilakukan Trump," katanya.
tirto.id/ada-donald-trump-di-balik-makian-prabowo-terhadap-wartawan-dbaE

Coba kita pelajari perlahan lahan antara Prabowo dan Donald Trump.

Pertama:
Indonesia sama apa tidak dengan amerika, baik agama, budaya dan gaya pemikirannya?!

Kedua;
Apakah keadaan Donald Trump sama dengan keadaan Prabowo saat ini?

Ketiga:
Hal Ihwal, atau keadaan yang membuat Prabowo mengeluarkan pernyataan diatas disebabkan apa, dan apakah sama dengan keadaan Donald Trump pada masa dia mengatakannya?!

Keempat:
Andai dipaksakan sama semuanya, apakah mungkin dampaknya akan sama?
Bukankah di indonesia kebanyakan beragama islam, dan pemahaman rakyat indonesia tidak sama dengan pemahaman atau gaya pola pikir rakyat amerika, dan pastinya hal seperti ini sudah prabowo pikirkan, tidak mungkin seorang ahli politik seperti prabowo tidak memikirkan perkiraan dampaknya dan hasilnya.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Dengan Dukungan Emak-Emak, Prabowo Yakin Bakal Mendapatkan Kemenangan
Sudah sejak lama, kubu Prabowo-Sandi punya concern khusus pada kelompok emak-emak dalam perjuangan memenangkan PIlpres 2019 mendatang. Dalam berbagai kesempatan, kubu Prabowo-Sandi berkali-kali menyebut elemen emak-emak ini ketika berkampanye. Kubu Prabowo-Sandi diketahui cukup intens menjaga kedekatan emosional emak-emak.

Saking dekatnya kubu Prabowo-Sandiaga dengan kelompok emak-emak, sampai-sampai muncul kelompok Partai Emak-Emak yang menyatakan diri mendukung Prabowo-Sandi (yang kelak kemudian disingkat sebagai PEPES, alias Partai Emak-Emak Pendukung Prabowo-Sandi).

“Kalau kita ditopang emak-emak kita bakal maju,” begitu kata Sandiaga ketika berkampanye di Kediri beberapa bulan yang lalu. Sandiaga, diketahui memang berkali-kali menggunakan instrumen “emak-emak” dalam banyak pernyataannya.

Tak hanya Sandiaga, Prabowo pun ikut menggunakan instrumen “emak-emak” ini. Prabowo bahkan sampai menganggap emak-emak sebagai penyelamat nasib bangsa.

“Emak-emak punya pengaruh yang sangat kuat bagi lingkungannya, dan yakinkan keluarga dan lingkungan terdekat kalian untuk berjuang menciptakan perubahan. Keselamatan republik di pundak emak-emak, nasib bangsa ini ada di pundak emak-emak,” begitu kata Prabowo melalui rilis tertulis saat menerima ratusan emak-emak yang berasal dari berbagai daerah di Hambalang.

Prabowo mengaku yakin bahwa dirinya bakal menang dengan dukungan total dari emak-emak.

“Terima kasih atas keberpihakan kalian, terima kasih keberanian kalian, terima kasih komitmen kalian, kita bersama menyongsong kemenangan dan perubahan. Dengan dukungan emak-emak saya merasa sangat kuat,” kata Prabowo.

Tak hanya semata retorika, kubu Prabowo-Sandiaga memang benar-benar menjadikan emak-emak sebagai bagian penting dalam pemenangan mereka.

Direktur Saksi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi Prasetyo Hadi, misanya, menyatakan akan mengajak emak-emak untuk berpartisipasi menjadi saksi di Pilpres 2019 mendatang.

“Hanya emak-emak yang bisa menyelamatkan suara kita di TPS, jadi kita harus jaga TPS kita masing-masing, jadilah saksi dan bagian dari kemenangan rakyat Indonesia,” ujar Prasetyo.

Waini, kalau emak-emak sudah turun tangan sebagai saksi, maka bisa dipastikan bahwa pertarungan di TPS pasti bakal spartan dan mati-matian. Emak-emak tak jauh beda dengan para saksi dari orang-orang PKS yang memang dikenal militan.

Mangkanya, untuk para oknum pemain TPS yang berusaha main kotor, kalau nanti ketemu saksi emak-emak, orang PKS, atau emak-emak merangkap PKS, maka jangan pernah berani berbuat curang. Ini semata demi kesehatan badan.
https://mojok.co/red/rame/kilas/dengan-dukungan-emak-emak-prabowo-yakin-bakal-mendapatkan-kemenangan/

Anonim mengatakan...

Jokowi Nggak Bakal Jadi Presiden Dua Periode Jika…

Sistem khilafah berdiri di Indonesia.

Jika khilafah benar-benar berhasil didirikan oleh golongan ProFah Pro Khilafah sebelum pencoblosan, maka bisa dipastikan Jokowi bakal gagal melanjutkan kepemimpinan ke periode selanjutnya. Bahkan tidak hanya itu, Fadli Zon sampai Ferdinand Hutahean bakal menyusul Fahri Hamzah yang sudah mengumumkan bakal pensiun sebagai Anggota DPR RI.

Berdirinya Khilafah juga bakal mewujudkan cita-cita sebagian rakyat yang udah gemas-gemas gitu melihat kinerja DPR RI yang buruk tapi minta dimaklumi.

Sebagai sistem yang thogut, demokrasi yang merupakan produk asing-kafir-laknatullah itu bakal dicabut ke akar-akarnya. Nggak bakal ada lagi dema-demo seperti aksi 411 atau 212. Karena sebagaimana demokrasi yang thogut, demo di jalanan juga thogut.

Nggak bakal lagi bisa mengajukan keberatan melalui lembaga hukum kalau mendadak kamu punya ormas lalu dibekukan oleh pemerintahan khilafah. Lha gimana? Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung pun juga thogut. Bahkan tulisan ini pun juga thogut, termasuk mata kamu yang lagi baca ini. Thogut semuwa. Kuapok.
Baca juga: Tiga Partai yang Ketua Umumnya Fokus Nyaleg, Bukan Nyapres atau Nyawapres

Jokowi nggak bakal jadi Presiden dua periode jika…

Indonesia kukut bukan pada tahun 2030, tapi tahun 2019.

Prabowo Subianto pernah mengutarakan prediksi yang dinukil dari buku fiksi ilmiah Ghost Fleet bahwa Indonesia bakalan bubar tahun 2030.

Hal ini sempat jadi polemik berkepanjangan itu juga pernah dikomentari Mahfud MD, bahwa bisa saja Indonesia betulan gulung tikar di tahun berapa pun, jika memang ada kondisi-kondisi yang memungkinan negeri ini harus bubar. Bahkan tahun depan pun Indonesia bisa saja bubar. Kayak meteor segede gaban nabrak bumi terus kiamat misalnya.

Nah, dengan kukutnya Indonesia (dan bumi), maka hampir bisa dipastikan Jokowi nggak bakalan jadi Presiden lagi. Itu sudah hukum alam. Sunnatullah. Jadi nggak perlu diperdebatkan lagi.

Jokowi nggak bakal jadi Presiden dua periode jika…

Lawan Jokowi bukan Prabowo, tapi Dian Sastro

Melihat kualitas kepemimpinan Dian Sastro yang ditunjukkan dalam film AADC saat memimpin geng SMA-nya, sepertinya sulit bagi Jokowi untuk bisa menandingi kecantikan kepiawaan Dian Sastro.

Ha gimana? Cuma sebagai seorang pengurus Mading SMA saja, Dian Sastro sudah begitu tegas, bahkan berani melabarak Nicholas Saputra aka Rangga karena ogah diwawancara, apalagi kalau cuma jadi Presiden.

Jadi pengurus Mading itu susah lho. Harus menyediakan waktu di sela-sela tugas belajar. Belum lagi kalau ternyata nggak ada karya-karya dari teman-teman yang layak dipajang, mesti harus membuat prakarya sendiri. Belum kalau ada lomba Mading antar sekolah se-kecamatan, wah ribet sekali pasti.

Presiden mah mending, digaji memang untuk kerja, lha pengurus Mading SMA? Udah nggak digaji, kalau keliru sedikit kena kritik dari Ketua OSIS. Mana harus mikirin ujian-ujian sekolah lagi. Hm, pekerjaan yang berat.

Akan tetapi, Dian Sastro memang nggak punya jiwa kemaruk ala Jokowi yang ingin nyalon jadi Presiden. Sebagai sosok bersahaja, Dian Sastro memilih jalan pedang dengan menghibur rakyat Indonesia dengan peran-perannya di layar lebar.

Jika saja Dian Sastro kepikiran buat nyalon, sudah pasti beliau bakal unggul jauh dari Jokowi. Apalagi konon fans Dian Sastro lebih garis keras ketimbang fans-nya Habib Rizieq atau Habib Bahar. Tanya aja ke Kepala Suku Mojok kalau nggak percaya.

Posting Komentar

Wartawan Melakukan Pembunuhan Karakter Prabowo By Bulan Ramadlan | Forum Diskusi Pilpres Ramadlan